300x250 AD TOP

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Blogger news

Contact

Name

Email *

Message *

Pages

Powered by Blogger.

Followers

Blogroll

AD (728x60)

Popular Topics

Join the Club

Thursday 30 October 2014

Tagged under:

Batal Jadi Rektor, Malah Jadi Menteri


Pada 26 Oktober lalu, Presiden RI yang baru yaitu Presiden Jokowi baru saja mengumumkan kabinet kerjanya. Salah satu yang menjadi menteri adalah Rektor UNDIP yang baru. Yaitu M. Nasir. Pada hari yang sama, presiden BEM KM, Taufik Aulia Rahmat mengungkapkan kekecewaan sekaligus rasa bangganya atas terpilihnya bapak M. Nasir sebagai salah satu menteri. Berikut ini pernyataan yang disampaikan oleh Taufik Aulia Rahmat melalui website BEM KM.

Sore ini Presiden RI, Joko Widodo, mengumumkan kabinetnya. Tepat pada urutan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, terpampang nama yang akhir-akhir ini cukup familiar di Undip: M. Nasir, Rektor Terpilih Universitas Diponegoro Periode 2014-2018.
Tulisan ini hendak menyampaikan kekecewaan dengan bentuknya yang paling santun. Bahwa pada 29 September 2014 lalu Prof. Nasir telah terpilih sebagai rektor Universitas Diponegoro. Dan pada proses sebelumnya Prof. Nasir sudah menyampaikan gagasannya tentang bagaimana membangun Undip ke depan. Salah satu gagasan beliau yang paling mengena adalah gagasan tentang nilai utama (core value) yang diambil dari huruf Undip itu sendiri: Understanding, Nurturing, Developing, dan Inspiring People. Mungkin gagasan ini yang membuat Prof. Nasir menang telak dalam pemilihan rektor dengan perolehan 148 suara.
Dengan maju dan terpilihnya Prof. Nasir sebagai rektor Undip artinya ini memberi harapan baru bagi seluruh civitas akademika. Telah kami percayakan kepemimpinan Undip kepada orang yang tepat dan berkompeten. Akan tetapi setelah Presiden Jokowi mengumumkan susunan Kabinet Kerja-nya, kami kecewa. Prof. Nasir yang telah terpilih, batal jadi rektor Undip sebab diangkat jadi menteri. Dan ini manusiawi sebenarnya ketika amanah telah diberikan namun ditinggalkan.
Kami turut bahagia dan bangga bahwa di antara sederet nama-nama pemuka negeri ini untuk lima tahun mendatang ada nama alumni dan dosen sendiri. Kami pun tak ingin terlambat memberi ucapan selamat atas dipercayakannya amanah besar ini. Selamat, Bapak, semoga pundaknya dikuatkan untuk mengemban amanah ini dan ada perbaikan bagi riset, teknologi, dan perguruan tinggi negeri ini. Begitu do’a kami. Jelas kami sangat berbangga dengan kabar ini. Ini membuktikan Undip sebagai kampus terbaik di Indonesia dan menunjukkan kiprahnya di kancah nasional.
Sedikit rasa kecewa ini tak bisa dihindarkan, sekecil apapun. Tapi akal sehat kami juga bicara, bahwa tidak mungkin yang sudah diangkat jadi menteri oleh presiden kami paksa kembali jadi rektor. Memandang Undip ke depan yang harus terus berbenah dan akan menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum, maka Undip harus segera bergerak cepat mencari cara terbaik. Harus ada langkah yang jelas, transparan, dan cepat dari pemangku kebijakan universitas saat ini tentang siapa yang akan melanjutkan kepemimpinan Prof. Sudharto dan Prof. Nasir yang baru terpilih.
Peraturan Rektor Universitas Diponegoro Nomor 2 Tahun 2014 baru mengatur mekanisme jika rektor yang sedang menjabat berhenti dari jabatannya sebagai rektor dikarenakan satu hal seperti diangkat dalam jabatan institusi negeri lain dan digantikan oleh salah seorang pembantu rektor sebagai rektor definitif. Peraturan ini belum mengakomodir untuk fenomena yang terjadi sekarang dimana rektor terpilih dan belum dilantik diangkat ke jabatan lain dan belum ada pembantu rektor untuk periode 2014-2018.  Ditambah lagi akhir masa jabatan Prof. Sudharto yang tidak lama lagi, 18 Desember 2014.
Oleh karena itu, harus ada langkah cepat dari senat universitas untuk segera mencari jalan keluar dimana harus segera ditentukan mekanisme yang jelas apakah diadakan pemilihan rektor ulang atau dengan alternatif lain. Kepada Prof. Nasir kami berharap tidak lepas begitu saja dari tanggung jawab ini. Kami percaya dari jabatan sebagai menteri pun Prof. Nasir akan tetap setia membangun Universitas Diponegoro. Terakhir, kami berharap mahasiswa tidak hanya dipandang sebagai penonton saja, tapi juga sebagai salah satu entitas penting dari universitas yang juga dilibatkan dalam proses pengambilan kebijakan.
Presiden BEM KM Universitas Diponengoro
Taufik Aulia Rahmat


Sumber : http://bemkm.undip.ac.id/batal-jadi-rektor-malah-jadi-menteri/

Artikel ini diposting oleh : Erna Sulistyowati (24010314120004)

0 comments:

Post a Comment